Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

World Culture Forum 2016 Lahirkan Deklarasi Bali

www.informasiguru.com [World Culture Forum 2016 Lahirkan Deklarasi Bali]
World Culture Forum (WCF) 2016 Hasilkan Deklarasi Bali
Image by: Kemendikbud

World Culture Forum (WCF) 2016 Hasilkan Deklarasi Bali



World Culture Forum (WCF) 2016 yang telah berlangsung pada 10 s.d 14 Oktober 2016 di Bali, melahirkan bermacam kesepakatan yang tertuang dalam Deklarasi Bali atau Bali Declaration.


Ada sebanyak sepuluh poin kesepakatan yang tercantum dalam Deklarasi Bali tersebut, antara lain, mendukung pelaksanaan penuh Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030; mempromosikan budaya perdamaian di masyarakat yang menghargai keragaman budaya; menggarisbawahi hasil simposium-simposium dan merekomendasikan tindak lanjut; memperkuat peran pemuda dalam aktivitas ekonomi, budaya, sosial-politik dan lingkungan; dan  mengenali peran organisasi antar pemerintah dan non pemerintah internasional dalam memajukan budaya progresif.

Selain itu, komitmen lainnya ialah mengembangkan strategi yang berinvestasi pada manusia dan memberdayakan peran masyarakat setempat; bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan untuk memastikan agenda pembangunan berkelanjutan 2030 benar-benar responsif terhadap konteks budaya; mendukung UNESCO dalam memperkuat perlindungan warisan budaya termasuk dari perang dan konflik; Menguatkan implementasi dan menekankan kebutuhan mengarusutamakan peran kebudayaan dalam indikator dan mekanisme laporan Sustainable Development Goals (SDGs); serta bekerja untuk mengembangkan sebuah Kerangka Kerja Aksi guna memperkuat tindak lanjut mekanisme di bawah Agenda 2030.

Deklarasi Bali dibacakan Steering Committee (SC) World Culture Forum (WCF) 2016, yang juga Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI bidang Inovasi dan Daya Saing, Ananto Kusuma Seta, saat penutupan WCF 2016 di Bali Nusa Dua Convention Center, Bali, (14/10/2016). Ia mengatakan, tujuan dari World Culture Forum 2016 adalah untuk memastikan bahwa kita sebagai warga dunia memiliki komitmen dan rencana aksi yang inklusif untuk membuat agenda pembangunan berbasis budaya.

“Dalam World Culture Forum 2016 kami telah membahas interkoneksi antara budaya dan pembangunan, antara inklusivitas dan keberlanjutan. Kami telah membahas banyak masalah krusial melalui enam simposium kami, perdebatan umum, IGO-INGO, dan pertemuan kaum muda melalui International Youth Forum. Kami sangat bersyukur bahwa banyak peserta yang aktif memberikan pendapat, saran dan masukan. Partisipasi dan antusiasme ini memungkinkan bagi kita untuk sampai pada kesimpulan ini,” jelasnya ketika membacakan Deklarasi Bali di hadapan lebih dari seribu peserta WCF 2016.

Kesepakatan lain dalam Deklarasi Bali adalah mendukung UNESCO dalam memperkuat perlindungan warisan budaya, termasuk dari perang dan konflik, serta mengenali peran organisasi antarpemerintah dan organisasi non-pemerintah yang bergerak di level internasional untuk mengembangkan jaringan pengetahuan tentang kegiatan yang memberdayakan konstituen dalam memajukan budaya progresif untuk pembangunan berkelanjutan inklusif.

“Kami berharap bahwa World Culture Forum akan tetap menjadi platform permanen untuk mempromosikan peran budaya dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan dan Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDG),” tutur Ananto.

“Intinya, meletakkan kebudayaan yang selama ini di belakang, menjadi lokomotif dari semua pembangunan umat manusia di masa depan,” tutupnya.

Posting Komentar untuk "World Culture Forum 2016 Lahirkan Deklarasi Bali"